Minggu, 15 Agustus 2010
Harvest Moon Fanfic (Chapter 3 - Townsfolk)
Aku bangun dari tempat tidurku. Rasanya seluruh badanku membatu, tidak bisa bergerak. Kerja seperti ini memang melelahkan, tapi aku harus bertahan. Dengan susah payah kugerakkan tubuhku dan berjalan sedikit demi sedikit. Punggungku rasanya sangat sakit, rasanya seperti menanggung beban seluruh bumi.
Aku melihat ke meja makan. Tidak ada makanan disana. Dan tidak ada dapur untuk memasak makanan pula. Apa kakek jarang makan? Perutku berbunyi. Aku harus segera makan. Mungkin di kota ada restoran atau semacamnya, sekalian bertemu dengan orang-orang disana. Berusaha berjalan, akhirnya aku berhasil mengalahkan rasa sakitku dan keluar dari rumah.
Berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah pikiran masuk ke dalam kesadaranku. Bukannya aku tidak hafal arah di kota ini? Oh, tidak. Tapi lebih baik berjalan terus, kan? Mungkin kalau ada orang lewat, aku bisa bertanya padanya. Menenangkan diri sendiri, aku kembali berjalan.
Aku sampai di sebuah pertigaan. Aku bingung jalan mana yang harus kutempuh. Beruntung, ternyata ada papan penunjuk jalan di pinggir. Aku segera melihatnya dengan seksama. Ternyata jalan lurus menuju kota, dan jalan ke kanan berarti menuju peternakan lain, pandai besi dan Rose Square. Rose Square pastilah lapangan kota itu. Berarti aku harus lurus.
Setelah berjalan beberapa lama, aku kembali menemui pertigaan. Kali ini tidak ada penunjuk jalan. Hanya ada satu bangunan dengan plang besar berbunyi “Aja Winery”. Sepertinya aku harus bertanya pada orang disitu. Maka, aku berjalan kesana. Ada seorang pria berpenampilan cukup necis, dengan rambut yang banyak diminyaki dan perawakan cukup ideal.
“Maaf, Pak..”
“Oh? Aku belum lihat kau sebelumnya.”
“Ah, maaf. Namaku Jack, aku pemilik baru Eden Farm.”
“Jadi kamu Jack? Senang berkenalan denganmu. Aku Duke. Aku dan istriku pemilik kebun anggur ini, Aja Winery, seperti yang bisa kau lihat di plang itu. Thomas bicara banyak tentangmu kemarin. Mau mampir sebentar?”
Apa aku seterkenal itu disini? Di kota kecil, kabar menyebar secepat angin.
“Terima kasih, Duke.. tapi sekarang aku ingin sarapan lebih dulu. Apa tidak ada restoran atau semacamnya disini?”
“Itu, di sebelah, ada penginapan dan restoran.”
“Terima kasih, Duke. Aku kesana dulu.”
“Hati-hati! Dan mampirlah kesini kapan-kapan.”
“Ya!”
Aku kembali berjalan. Perutku sudah keroncongan, aku tidak sabar lagi. Bangunan yang dimaksud Duke terlihat. Cukup besar, seperti kebanyakan penginapan terdiri dari dua lantai. Ada plang tertulis di depan pintu “Doug’s Inn”. Sepertinya memang ini bangunan yang benar. Aku membuka pintu dan masuk ke dalam.
Seorang pria berwajah ramah menyambutku. Ia kelihatannya cukup tua, dengan kumis tebal berwarna putih dan rambut beruban.
“Selamat datang! Hei, kamu.. kamu orang baru?”
“Ya, namaku Jack, pewaris Eden Farm.”
“Oh, jadi kamu Jack? Senang bertemu denganmu. Aku Doug, pemilik penginapan ini. Silakan duduk. Hei Ann, tolong siapkan makanan! Ada Jack disini!”
Suara seorang perempuan membalas dari balik pintu.
“Iya, iya!”
"Maafkan anakku, Jack, dia agak.. tomboy."
"Yah, tidak apa-apa."
Tak lama menunggu, gadis itu keluar membawa beberapa piring makanan dengan telaten. Rambutnya merah, diikat ke belakang gaya buntut kuda. Wajahnya lumayan manis, dan dari gerak-geriknya terlihat dia agak tomboy.
“Maaf menunggu! Ini.. oh..”
Tiba-tiba Ann berhenti sebentar, dan memandangku dengan pandangan yang aneh. Aku balas memandangnya, dan wajahnya tiba-tiba memerah.
“Oh, maaf! Ini..”
Ann menaruh piring-piring berisi makanan itu di meja. Rupanya ada banyak sekali makanan yang mereka sediakan. Ada pie, telur dadar, roti, onigiri dan segelas anggur. Tanpa sadar air liurku menetes. Aku buru-buru menyekanya.
“Eng.. anu.. ini semua untukku? Lalu bagaimana aku bisa bayar?”
“Tenang saja, Jack, khusus kali ini semuanya gratis! Ya kan, Ann?”
“Ah, i-iya!!”
“Kalau begitu, terima kasih banyak, Doug!”
Aku makan dengan lahap. Tanpa memakan banyak waktu makanan sudah habis. Sementara aku meminum anggur, Doug dan Ann kembali menghampiriku.
“Bagaimana?”
“Enak. Enak sekali. Siapa yang masak?”
“Tentu saja Ann. Dia pandai memasak.”
“Oh, kamu yang memasak semuanya, Ann? Terima kasih.”
Tanpa sadar sebuah senyum mengembang di wajahku. Wajah Ann kembali memerah, aku tak tahu kenapa. Ia langsung memalingkan mukanya.
“Bu-bu-bukan begitu! A-aku memasak seperti ini untuk semua orang kok!”
“Yah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin berterima kasih saja. Nah, Doug, Ann, aku pergi dulu.”
“Sudah ingin pergi lagi?”
“Aku punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.. dan aku juga belum bertemu semua orang.”
“Ya sudah, nak, hati-hati saja. Dan lain kali datanglah kesini, meskipun lain kali kau harus bayar untuk makan disini. Lagipula, kelihatannya Ann suka padamu.”
“A-ayah!! Hentikan! Ehm, Jack, bukannya aku ada perasaan apapun padamu, hanya saja.. mungkin kau butuh sesuatu, datanglah lagi kalau sempat.”
“Tentu saja.”
Aku keluar dari penginapan, dengan perut penuh dan sebuah pikiran yang mengganjal. Mungkin Ann-lah gadis itu? Atau bukan? Aku harus memastikan, tapi sebelumnya aku harus bertemu dulu dengan penduduk yang lain. Aku kembali ke pertigaan tadi, dan berbelok ke kanan ke arah bagian kota yang belum kujamah.
Aku melihat ke meja makan. Tidak ada makanan disana. Dan tidak ada dapur untuk memasak makanan pula. Apa kakek jarang makan? Perutku berbunyi. Aku harus segera makan. Mungkin di kota ada restoran atau semacamnya, sekalian bertemu dengan orang-orang disana. Berusaha berjalan, akhirnya aku berhasil mengalahkan rasa sakitku dan keluar dari rumah.
Berjalan beberapa langkah, tiba-tiba sebuah pikiran masuk ke dalam kesadaranku. Bukannya aku tidak hafal arah di kota ini? Oh, tidak. Tapi lebih baik berjalan terus, kan? Mungkin kalau ada orang lewat, aku bisa bertanya padanya. Menenangkan diri sendiri, aku kembali berjalan.
Aku sampai di sebuah pertigaan. Aku bingung jalan mana yang harus kutempuh. Beruntung, ternyata ada papan penunjuk jalan di pinggir. Aku segera melihatnya dengan seksama. Ternyata jalan lurus menuju kota, dan jalan ke kanan berarti menuju peternakan lain, pandai besi dan Rose Square. Rose Square pastilah lapangan kota itu. Berarti aku harus lurus.
Setelah berjalan beberapa lama, aku kembali menemui pertigaan. Kali ini tidak ada penunjuk jalan. Hanya ada satu bangunan dengan plang besar berbunyi “Aja Winery”. Sepertinya aku harus bertanya pada orang disitu. Maka, aku berjalan kesana. Ada seorang pria berpenampilan cukup necis, dengan rambut yang banyak diminyaki dan perawakan cukup ideal.
“Maaf, Pak..”
“Oh? Aku belum lihat kau sebelumnya.”
“Ah, maaf. Namaku Jack, aku pemilik baru Eden Farm.”
“Jadi kamu Jack? Senang berkenalan denganmu. Aku Duke. Aku dan istriku pemilik kebun anggur ini, Aja Winery, seperti yang bisa kau lihat di plang itu. Thomas bicara banyak tentangmu kemarin. Mau mampir sebentar?”
Apa aku seterkenal itu disini? Di kota kecil, kabar menyebar secepat angin.
“Terima kasih, Duke.. tapi sekarang aku ingin sarapan lebih dulu. Apa tidak ada restoran atau semacamnya disini?”
“Itu, di sebelah, ada penginapan dan restoran.”
“Terima kasih, Duke. Aku kesana dulu.”
“Hati-hati! Dan mampirlah kesini kapan-kapan.”
“Ya!”
Aku kembali berjalan. Perutku sudah keroncongan, aku tidak sabar lagi. Bangunan yang dimaksud Duke terlihat. Cukup besar, seperti kebanyakan penginapan terdiri dari dua lantai. Ada plang tertulis di depan pintu “Doug’s Inn”. Sepertinya memang ini bangunan yang benar. Aku membuka pintu dan masuk ke dalam.
Seorang pria berwajah ramah menyambutku. Ia kelihatannya cukup tua, dengan kumis tebal berwarna putih dan rambut beruban.
“Selamat datang! Hei, kamu.. kamu orang baru?”
“Ya, namaku Jack, pewaris Eden Farm.”
“Oh, jadi kamu Jack? Senang bertemu denganmu. Aku Doug, pemilik penginapan ini. Silakan duduk. Hei Ann, tolong siapkan makanan! Ada Jack disini!”
Suara seorang perempuan membalas dari balik pintu.
“Iya, iya!”
"Maafkan anakku, Jack, dia agak.. tomboy."
"Yah, tidak apa-apa."
Tak lama menunggu, gadis itu keluar membawa beberapa piring makanan dengan telaten. Rambutnya merah, diikat ke belakang gaya buntut kuda. Wajahnya lumayan manis, dan dari gerak-geriknya terlihat dia agak tomboy.
“Maaf menunggu! Ini.. oh..”
Tiba-tiba Ann berhenti sebentar, dan memandangku dengan pandangan yang aneh. Aku balas memandangnya, dan wajahnya tiba-tiba memerah.
“Oh, maaf! Ini..”
Ann menaruh piring-piring berisi makanan itu di meja. Rupanya ada banyak sekali makanan yang mereka sediakan. Ada pie, telur dadar, roti, onigiri dan segelas anggur. Tanpa sadar air liurku menetes. Aku buru-buru menyekanya.
“Eng.. anu.. ini semua untukku? Lalu bagaimana aku bisa bayar?”
“Tenang saja, Jack, khusus kali ini semuanya gratis! Ya kan, Ann?”
“Ah, i-iya!!”
“Kalau begitu, terima kasih banyak, Doug!”
Aku makan dengan lahap. Tanpa memakan banyak waktu makanan sudah habis. Sementara aku meminum anggur, Doug dan Ann kembali menghampiriku.
“Bagaimana?”
“Enak. Enak sekali. Siapa yang masak?”
“Tentu saja Ann. Dia pandai memasak.”
“Oh, kamu yang memasak semuanya, Ann? Terima kasih.”
Tanpa sadar sebuah senyum mengembang di wajahku. Wajah Ann kembali memerah, aku tak tahu kenapa. Ia langsung memalingkan mukanya.
“Bu-bu-bukan begitu! A-aku memasak seperti ini untuk semua orang kok!”
“Yah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin berterima kasih saja. Nah, Doug, Ann, aku pergi dulu.”
“Sudah ingin pergi lagi?”
“Aku punya banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.. dan aku juga belum bertemu semua orang.”
“Ya sudah, nak, hati-hati saja. Dan lain kali datanglah kesini, meskipun lain kali kau harus bayar untuk makan disini. Lagipula, kelihatannya Ann suka padamu.”
“A-ayah!! Hentikan! Ehm, Jack, bukannya aku ada perasaan apapun padamu, hanya saja.. mungkin kau butuh sesuatu, datanglah lagi kalau sempat.”
“Tentu saja.”
Aku keluar dari penginapan, dengan perut penuh dan sebuah pikiran yang mengganjal. Mungkin Ann-lah gadis itu? Atau bukan? Aku harus memastikan, tapi sebelumnya aku harus bertemu dulu dengan penduduk yang lain. Aku kembali ke pertigaan tadi, dan berbelok ke kanan ke arah bagian kota yang belum kujamah.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Blogger Statistic
Blog Archive
-
▼
2010
(44)
-
▼
Agustus
(10)
- Aoi Mirai - Tenkai no Shichi Ryuu (Blue Dragon OP 2)
- TONIGHT, TONIGHT, TONIGHT (Bleach OP 4)
- Nyolot (Copas From Purwa Tama) :D
- Kata Bijak Spongebob
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 1 - Promised Land)
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 2 - The Beginning of ...
- Diamond, Pearl, Platinum
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 3 - Townsfolk)
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 4 - The Book, The Gir...
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 5 - Grandmother Nurse)
-
▼
Agustus
(10)
Label
- --Saikoo Experience-- (37)
- Awesome Things (48)
- Cerita (18)
- My Fanfic (16)
- My Info (27)
- My Lyrics (10)
- My Poem (8)
- Nyolot :D (22)
- Something (3)
Blog Teman
Blog Archive
-
▼
2010
(44)
-
▼
Agustus
(10)
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 5 - Grandmother Nurse)
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 4 - The Book, The Gir...
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 3 - Townsfolk)
- Diamond, Pearl, Platinum
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 2 - The Beginning of ...
- Harvest Moon Fanfic (Chapter 1 - Promised Land)
- Kata Bijak Spongebob
- Nyolot (Copas From Purwa Tama) :D
- TONIGHT, TONIGHT, TONIGHT (Bleach OP 4)
- Aoi Mirai - Tenkai no Shichi Ryuu (Blue Dragon OP 2)
-
▼
Agustus
(10)
Re-Writeless
Meaningless article, but useful in the future
Hell Crew
About Me
- Deny Saputra
- A player of world, nerd, disguiser, and a scholar of SMAN 12 Jakarta. For further information: denyjfp@gmail.com
0 komentar:
Posting Komentar