Rabu, 13 Oktober 2010

Harvest Moon Fanfic (Chapter 8 - Yodel Smith Cutter)

Keluar dari Poultry Farm, kuteruskan menuju Yodel Farm. Aku sekarang tahu tidak ada benih yang dijual disana, tapi aku ingin kenal dengan mereka. Maka kuteruskanlah. Meskipun untuk beberapa saat aku melihat kembali ke belakang terlebih dahulu. Keraguan, itulah. Angin berhembus dengan lembut, memelukku seperti seorang ibu yang memintaku meneruskan perjalanan.

Ternyata aku masih rindu. Kenapa? Bukankah aku benci? Mungkin ini semua hanya akibat kelelahan saja. Aku berjalan kembali dan sambil melihat sekeliling, kembali sadar bahwa ternyata pemandangan dan tata kota Mineral Town ini.. indah. Pohon yang rindang dan padang bunga ini dapat menenangkan hatiku bersama angin semilir yang tertahan.

Tanpa terasa tibalah aku di Yodel Farm. Lebih besar lahannya, namun lebih kecil bangunannya dibanding Poultry Farm tadi. Tapi akankah ada seorang gadis lagi disini? Rasanya beberapa hari ini aku selalu bertemu gadis, bukan seorang pemuda. Tapi setidak-tidaknya gadis lebih enak dipandang.
Mendadak kulihat seorang anak perempuan kecil sedang bermain-main, dan seorang tua yang terlihat menemaninya. Hanya satu hal logis yang bisa kulakukan : menyapa mereka.

“Halo!”
Orang tua itu menoleh lebih dulu, “Oh! Anda..”
“Jack, pemilik baru Eden Farm.” Berapa kali aku mengucapkan kalimat itu. Sepuluh?
“Ah, Jack. Aku pemilik Yodel Farm, Barley. Dan ini cucuku May. Ayo kenalan, May.”

May, anak gadis itu, menyalamiku dengan sopan. Aku hanya membalas dengan senyuman. Seperti pada penduduk desa lainnya, aku menyempatkan diri mengobrol dengan mereka berdua. Setelah banyak mengobrol, aku minta izin untuk pergi namun kakek itu menanyakan padaku kemana aku akan pergi.

“Toko.” Kataku. Tidak usah dijelaskan karena itu toko satu-satunya.
“Ah, kebetulan.. bisa aku menitip? Aku harus membeli coklat untuk May kecilku ini.. ini uangnya.” Tidak usah menunggu persetujuan lebih dahulu, sungguh sopan.

Tanpa banyak basa-basi, aku pamit dan kembali melanjutkan perjalanan. Kali ini aku berlari. Berlari tanpa mempedulikan pemandangan. Seolah-olah tanpa peduli akan masalah. Aku tidak punya banyak masalah saat ini, jadi apa harus kupikirkan? Tidak perlu. Aku berlari, singkat kata, hingga mencapai toko yang dimaksud. Di sebelah klinik yang aku yakin Elli bekerja disana. Eh tunggu.. di sebelah klinik? Jadi.. ini toko yang disebut Karen itu?? Tidak mungkin aku mundur.

Aku membuka pintu toko dengan.. perlahan. Saat dibuka, penampilan toko itu dari dalam tidak begitu luas, namun penataannya rapih. Saat aku melihat-lihat etalase, suara seseorang kembali mengejutkanku. Berapa kali ini sudah terjadi?

“Halo, Jack!”
“Oh! Siapa?”
“Aku pemilik toko ini, Jeff!” dengan bangga dia menjawab. “Aku sudah tahu tentangmu!”

Dia memperkenalkanku pada barang-barang yang dijual di toko ini. Ternyata cukup banyak, bahkan perkataan Popuri bahwa disini menjual benih itu benar. Disini benar-benar toko kelontong yang memenuhi semua kebutuhan. Setelah aku selesai mengobrol dengannya, aku kembali melihat etalase benih-benih tanaman. Saat itulah seorang tua masuk. Dia memakai baju model lama, tubuhnya pendek dan rambutnya putih karena uban. Melihatku dia langsung menghampiriku, entah kenapa gerangan.

“Ah, kamu pasti Jack!”
“Ya, memang saya. Anda?”
“Saibara, pandai besi! Kalau kau butuh alat berladang, minta saja padaku! Tapi tidak gratis..”

Orang tua ini sebenarnya bersifat periang dan banyak bicara, seperti kebanyakan orang tua lainnya. Mereka punya pengalaman lebih banyak dari orang lain, jadi jika berbicara wajarlah jika mereka berbicara lebih banyak karena mereka punya lebih banyak yang ingin dibicarakan, dan juga lebih sedikit teman bicara karena teman-teman mereka sudah banyak yang meninggal. Aku merasa kagum sekaligus kasihan pada mereka. Sungguh kontras, tapi aku tidak pantas meratapinya karena aku pun akan menjadi salah satu dari mereka kelak.

Lama-lama aku lelah mengobrol dengannya, maka aku mengambil alasan bahwa aku sedang dititipi belanjaan oleh seseorang. Alasan yang benar. Ia menerimanya dan aku mengambil beberapa batangan coklat yang aku janjikan (meskipun sebenarnya tidak, tapi dibandingkan mengecewakan orang lain lebih baik aku patuh). Terlintas kembali di pikiranku untuk membeli benih. Tapi.. oh, tidak! Uangku tidak cukup! Sial!

Tiba-tiba, muncullah dua wanita dari bagian belakang toko. Karen, dan satu orang lagi sepertinya ibunya. Karen?

“Ka-kamu? Jack?”
“Oh, jadi dia Jack?” wanita satunya langsung menghampiriku. “Aku Sasha, mengurus toko ini bersama suamiku Jeff. Karen ini anakku. Sepertinya kalian sudah saling kenal, ya?”
Mendadak Karen memotong. “Sa-saling kenal apanya? Aku cuma kebetulan bertemu saja kok waktu itu!”

Jadi kau memukul perutku juga kebetulan? Logikamu bagus.

Sasha mencairkan suasana, “Oh ya, Jack, kamu ingin beli apa?”
“Eng.. aku.. sebenarnya aku ingin membeli benih tanaman, tapi.. aku tidak punya uang..” dengan nada memelas, silakan bayangkan sendiri bagaimana aku mengemis.

Namun, yang tidak kuduga adalah siapa yang menolongku.

“Kamu tidak punya uang? Sungguh bodoh! Sini, aku berikan kamu benih!” dia langsung merebut benih berlabel benih lobak dari etalase dan memberikannya padaku. Sambil memalingkan muka dia berkata,

“Bu-bukan aku mau menolong, tapi aku hanya kasihan saja melihat orang sebodoh kamu tidak punya uang! Tidak apa-apa, ma? Pa?”

Ibunya menggeleng dengan senyuman. Hanya ayahnya yang terlihat agak tidak rela, namun satu tatapan penuh arti dari Sasha membuat Jeff urung berbicara. Yang penting, aku mendapat benih gratis. Aku langsung berniat membayar saat seorang pria lagi datang dari luar. Badannya tinggi tegap dan besar, jenggotnya lebat. Terlihat sangar. Tidak seperti yang lainnya yang menghampiriku, dia hanya melirik sebentar kemudian tidak menghiraukanku.
Saat aku membayar coklat itu pada Jeff di kasir, aku sempat berbisik :

“Siapa dia?”
“Oh, pria itu? Dia Gotz, si tukang kayu merangkap tukang bangunan. Kalau kau mau merenovasi rumah, bilang saja padanya. Dia agak pendiam tapi sebenarnya tidak galak.”

Aku tidak menjawab lagi. Kubayar coklat itu dan sambil pamit aku bergegas keluar. Aku sudah ingin bekerja di ladang. Setelah memberikan coklat ini, tentunya.


0 komentar:

Blogger Statistic

Blog Teman

Hell Crew

About Me

Foto Saya
Deny Saputra
A player of world, nerd, disguiser, and a scholar of SMAN 12 Jakarta. For further information: denyjfp@gmail.com
Lihat profil lengkapku